Siapa Sekjen PBB saat ini???

Dialah BAN KI MOON……..

triiiiiiiiiingg~~

Lagi pengen bahas SEKJEN kita semua nieg. Okeh deh, kita langsung aja..

Ban lahir di Eumseong di sebuah desa kecil di Chungcheong Utara pada tahun 1944 di akhir masa Penjajahan Jepang di Korea. Ia dan keluarganya pindah ke kota kecil dekat Chungju dimana ia dibesarkan disana. Selama masa kecilnya, ayah Ban memiliki bisnis pergudangan, namun gudang tersebut bangkrut dan keluarganya mengalami kesulitan ekonomi. Ketika Ban berumur 6 tahun, keluarganya pindah ke daerah pegunungan selamaPerang Korea. Setelah perang usai, keluarganya kembali lagi ke Chungju.

Di sekolah menengah atas (SMA Chungju), Ban menjadi bintang kelas, terutama dalam pelajaran Bahasa Inggris. Pada tahun 1952, ia terpilih mewakili kelasnya untuk mengirimkan sebuah pesan kepada Sekretaris Jenderal PBB Dag Hammarskjöld, tetapi tidak pernah diketahui apakah pesan tersebut terkirim atau tidak. Pada tahun 1962, Ban memenangkan sebuah lomba menulis esai yang disponsori oleh Palang Merah dengan hadiah perjalanan keAmerika Serikat. Disana ia tinggal di San Fransisco bersama dengan keluarga tamu selama beberapa bulan. Sebagai bagian dari hadiah perjalanan tersebut, Ban bertemu dengan Presiden AS John F. Kennedy. Ketika seorang jurnalis yang berada di lokasi pertemuan tersebut mewawancarai Ban tentang apa yang ia ingin lakukan ketika menjadi dewasa, ia menjawab: “Saya ingin menjadi seorang diplomat.” [Woow]

     Ban meraih Ban memperoleh gelar sarjananya dalam Hubungan Internasional dari Universitas Nasional Seoul pada tahun 1970 dan memperoleh gelar Master dalam bidang Administrasi Publik dari Sekolah Pemerintahan John F. Kennedy di Universitas Harvard pada 1985. Di Harvard, ia belajar dibawah didikan Joseph Nye yang mengenal Ban karena memiliki “sebuah kombinasi yang langka antara analisis yang jelas, kerendahan hati dan sikap protektif.”  

      Ban dianugerahi gelar Doktor Honoris Causa dibidang hukum oleh Universitas Malta pada 22 April 2009. Ia kemudian juga menerima penghargaan Doktor Hukum oleh Universitas Washington pada Oktober 2009. Selain berbahasa Korea sebagai bahasa asalnya, ia juga mampu berbahasa Inggris, Perancis, Jepang, dan Jerman. Akan tetapi, kemampuannya berbahasa Perancis, bahasa yang diisyaratkan sebagai bahasa yang wajib dikuasai oleh Sekretaris Jenderal PBB, masih diragukan. 

Kepribadian

     Dalam Kementerian Luar Negeri Korea Selatan, Ban dipanggil dengan sebutan Ban-jusa, yang artinya “Sang Birokrat” atau “pegawai administratif”. Nama tersebut digunakan untuk tujuan positif maupun negatif: pujian atas perhatian Ban terhadap hal yang detail dan kemampuan administratif sementara ejekan untuk menunjukkan kurangnya karisma dan sikap patuh yang berlebihan kepada atasannya. Korps media Korea menyebutnya dengan “belut yang licik” atas kemampuannya untuk menghindari pertanyaan. Pembawaan dirinya sering dideskripsikan menggunakan “pendekatan Konfusius”.

Pencalonan sebagai Sekjen PBB

   

Kandidat Sekretaris Jenderal 2007
  Nama Jabatan
 
Bendera Korea Selatan Ban Ki-moon Menteri luar negeri Korea Selatan
Bendera India Shashi Tharoor Wakil Sekretaris-Jenderal
untuk informasi publik
Bendera Latvia Vaira Vīķe-Freiberga Presiden Latvia
Bendera Afganistan Ashraf Ghani Rektor
Universitas Kabul, Afghanistan
Bendera Thailand Surakiart Sathirathai Deputi Perdana Menteri
Thailand
Bendera Yordania Pangeran Zeid bin Ra’ad Duta besar Yordania
untuk PBB
Bendera Sri Lanka Jayantha Dhanapala Mantan Wakil Sekretaris-Jenderal
untuk pembatasan angkatan bersenjata

Pada Februari 2006, Ban menyatakan pencalonannya untuk menggantikan Kofi Annan sebagai Sekretaris Jenderal PBB pada akhir 2006. Ini adalah kali pertama seorang Korea Selatan mencalonkan diri dalam pemilihan jabatan tersebut.

Dalam masa kampanye sebagai calon Sekretaris-Jenderal, Ban melakukan sejumlah orasi di Asia Society dan Dewan Hubungan Internasional di New York.  Selain harus mendapatkan dukungan dari komunitas diplomat, Ban juga harus melewati hak veto yang mungkin dapat diberikan kepadanya oleh 5 anggota tetap Dewan Keamanan: RRC, Perancis, Rusia, Britania Raya dan Amerika Serikat. Ban populer di Washington dengan kebijakan mengirimkan pasukan Korea Selatan ke Irak. Tetapi Ban juga melawan beberapa kebijakan AS: ia memberikan dukungannya kepada Mahkamah Pidana Internasional dan meminta agar tidak terjadi pendekatan secara konfrontasi dengan Korea Utara. Ban mengatakan bahwa selama masa kampanyenya ia akan melakukan kunjungan ke Korea Utara untuk bertemu secara pribadi dengan Kim Jong-il. Ban dipandang sebagai seseorang yang dingin, berbeda dengan Kofi Annan yang dinilai memiliki kharisma namun lemah dalam mengatur masalah yang sedang berkembang misalnya dalam program pengadaan minyak sayur untuk Irak.

Ban juga berjuang untuk mendapatkan persetujuan dari Perancis. Biografi resmi yang dimilikinya mencatat bahwa ia mampu berbahasa Inggris dan Perancis, dua bahasa utama yang digunakan di sekretariat PBB. Ia berulang kali kesulitan menjawab pertanyan yang diberikan oleh para wartawan dalam bahasa Perancis. Dalam sebuah konferensi pers pada 11 Januari 2007, ia menyatakan bahwa “Bahasa Perancis saya mungkin bisa lebih diperbaiki, dan saya akan terus berusaha memperbaikinya. Saya telah mengambil kursus bahasa Perancis dalam beberapa bulan ini. Saya pikir, walaupun bahasa Perancis saya tidak bagus, saya akan tetap beruaha mempelajarinya.”

Dengan semakin dekatnya pemilihan Sekretaris-Jenderal, kritikan terhadap Ban sebagai wakil Korea Selatan semakin meningkat. Beberapa artikel menuliskan bahwa Ban telah menemui semua anggota Dewan Keamanan dalam perannya sebagai Menteri Luar Negeri dan Perdagangan untuk mendapatkan dukungan lewat perjanjian kerjasama dalam bidang perdagangan dengan negara – negara Eropa serta janji untuk memberikan bantuan kepada negara – negara berkembang. Menurut The Washington Post,”calon lain telah mengungkapkan kekesalannya kepada Korea Selatan, yang merupakan negara dengan ekonomi terbesar kesebelas di dunia karena telah menggunakan pengaruh ekonominya untuk memperkuat pencalonan Ban.” Atas pernyataan ini, Ban membalasnya dengan mengatakan bahwa

“Sebagai seorang calon pemimpin, saya tahu bahwa saya akan menjadi target atas proses yang sedang diamati oleh banyak kepentingan ini dan saya adalah orang yang memegang integritas.”

Ban menduduki tempat teratas pada setiap kali pengumpulan pendapat yang dilakukan oleh Dewan Keamanan PBB pada 24 Juli, 14 September, dan 28 September. Dalam pengumpulan pendapat kedua, ia memperoleh 14 suara “yang menggembirakan” dan 1 suara “yang mengecewakan”. The Australian melaporkan bahwa satu suara yang mengecewakan itu berasal dari Qatar, yang menyiratkan bahwa Ban mendapatkan dukungan dari kelima anggota tetap Dewan Keamanan yang mempunyai hak untuk memveto kandidat. Pada pengumpulan pendapat ketiga, Ban memperoleh 13 suara yang menggembirakan, satu suara yeng mengecewakan, dan satu suara “tidak ada pendapat”. Tidak jelas apakah ke-13 pendukungnya kali ini mencakup kelima anggota tetap Dewan Keamanan.

Pengumpulan pendapat keempat dilangsungkan pada 2 Oktober. Pengumpulan suara kali ini diberi kode warna untuk membedakan antara suara anggota tetap dan yang tidak tetap. Pada pemungutan suara final secara informal yang diadakan pada 2 Oktober dalam Dewan Keamanan, Ban menerima empat belas suara yang menyatakan setuju serta satu suara abstain dari anggota Dewan Keamanan PBB. Satu suara abstain diberikan oleh delegasi Jepang yang menentang ide seorang berkebangsaan Korea menduduki peran sebagai Sekretaris-Jenderal. Dukungan yang sangat besar kepada Ban oleh seluruh anggota Dewan Keamanan PBB, Jepang akhirnya mendukung Ban untuk mengurangi kontroversi. Hal lain yang lebih penting, Ban adalah satu-satunya calon yang terhindar dari hak veto, kandidat lainnya minimal menerima satu suara “tidak” oleh anggota tetap Dewan Keamanan. Setelah pemilihan, Shashi Tharoor, yang menduduki tempat kedua kemudian mundur dari pencalonan dirinya. dan Wakil Tetap RRC untuk PBB mengatakan kepada media bahwa “semuanya telah jelas berdasarkan hasil pemungutan suara hari ini bahwa Ban Ki-Moon adalah kandidat yang akan direkomendasikan oleh Dewan Keamanan kepada Majelis Umum.”

Pada 9 Oktober, Dewan Keamanan PBB resmi mencalonkan Ban sebagai Sekretaris Jenderal PBB yang baru. Keputusan ini masih harus dikukuhkan oleh Sidang Umum PBB yang akan bertemu pada akhir tahun 2006.  Pada 13 Oktober, 192 anggota Majelis Umum mengesahkan Ban sebagai Sekretaris-Jenderal.

Jabatan sebagai Sekretaris-Jenderal

Saat Ban menjadi Sekretaris-Jenderal, di tahun 2007, The Economist membuat daftar tantangan yang harus ia hadapi:”meningkatnya ancaman nuklir di Iran dan Korea Utara, konflik di Darfur, kekerasan yang tidak pernah selesai di Timur Tengah, ancaman bencana alam, meningkatnya ancaman terorisme internasional, berkembangnya senjata pemusnah massal, penyebaran HIV/AIDS dan beberapa hal lain seperti bisnis raksasa yang tidak pernah habis mengenai usaha untuk mereformasi dalam sejarah PBB.” Sebelumnya, Kofi Annan bercerita mengenai Trygve Lie, Sekretaris-Jenderal yang pertama, ia meninggalkan pesan kepada penerusnya, Dag Hammarskjöld, “Kamu akan mengambil alih pekerjaan paling penting di dunia.”

Pada 23 Januari 2007 Ban mulai bekerja sebagai Sekretaris-Jenderal PBB kedelapan. Masa jabatan Ban sebagai Sekretaris-Jenderal dimulai dengan kejutan. Pada 2 Januari 2007, awal pertemuannya dengan pers sebagai Sekretaris-Jenderal, ia menolak menjatuhkan hukuman mati kepada Saddam Hussein yang dilakukan oleh Pengadilan Tinggi Irak. Pernyataan Ban bertolak belakang dengan kesepakatan jangka panjang dari PBB mengenai penolakan pinalti hukuman mati sebagai sebuah kepentingan hak asasi manusia. Ia segera mengklarifikasi pernyataannya dalam kasus Barzan al-Tikriti dan Awad al-Bandar, dua petinggi utama yang dinyatakan bersalah atas meninggalnya 148 kaum Muslim Syiah di desa Dujail, Irak pada dekade 1980an. Dalam sebuah pernyataan lewat juru bicaranya pada 6 Januari, ia “dengan keras mendesak pemerintah Irak untuk memberikan penundaan eksekusi kepada mereka yang akan dihukum mati dalam waktu dekat.” Dalam isu yang lebih luas, ia mengatakan kepada seorang audiensi di Washington, D.C. bahwa ia mendorong “tren global yang sedang berkembang dalam himpunan masyarakat internasional, hukum internasional dan kebijakan domestik serta kebiasaan untuk menarik secara bertahap kebijakan pinalti hukuman mati”

Hebat yah kakek gw [ngaku]. Hmm,, intinya yang bisa gw tangkep dari plajatan hidup kakek gw ini (?):

STUDY LIKE A FOOL DREAMING LIKE GENIUS” 

source: wikipedia

 

Tinggalkan komentar